Tahun 2025 menjadi tonggak bersejarah bagi gerakan literasi Indonesia. Di tengah fakta mengkhawatirkan bahwa 39,71 persen anak usia dini di Indonesia telah menggunakan telepon seluler, sementara 35,57 persen lainnya sudah mengakses internet pada 2024, berbagai festival dongeng hadir sebagai alternatif edukatif. Kisah Dunia dalam Festival Dongeng Indonesia 2025 menghadirkan spektrum cerita dari berbagai belahan dunia, membuktikan bahwa tradisi bertutur masih relevan di era digital.
Festival Dongeng Internasional Indonesia berlangsung pada 1-2 November 2025 di dua lokasi bersejarah: Museum Bank Indonesia dan Museum Bahari Jakarta. Dengan tema “Kisah Rempah: Menyambung Cerita, Menyatu Rasa”, acara ini menarik ribuan pengunjung dari berbagai kalangan. Data BPS menunjukkan populasi anak usia dini di Indonesia mencapai 30,2 juta jiwa pada 2023, menjadikan festival dongeng sebagai kebutuhan strategis untuk perkembangan literasi generasi muda.
Daftar Isi
- Mengapa Festival Dongeng Penting di 2025?
- Spektrum Kisah Dunia yang Dihadirkan
- Dampak Nyata Festival Dongeng terhadap Anak Indonesia
- Inovasi Digital dalam Festival Dongeng 2025
- Pendongeng Internasional dan Kolaborasi Lintas Budaya
- Statistik Keberhasilan Festival Dongeng
- Masa Depan Tradisi Mendongeng di Indonesia
1. Mengapa Festival Dongeng Penting di 2025?

Di tengah krisis literasi, festival dongeng menjadi solusi konkret. Data BPS 2024 menunjukkan 35,57 persen anak sudah mengakses internet sejak usia dini, menciptakan tantangan baru bagi orang tua dan pendidik. Festival Dongeng Internasional Indonesia 2025 menjawab kebutuhan ini dengan menghadirkan pengalaman storytelling yang interaktif dan mendalam.
Festival yang digelar selama dua hari ini menjadi ajang pertemuan pendongeng dari dalam dan luar negeri yang membawakan kisah-kisah inspiratif tentang perjalanan rempah dan manusia. Tidak hanya hiburan, festival ini dirancang sebagai medium pendidikan karakter yang menyenangkan.
Direktur FDII 2025, Hendra Bawole, menyampaikan harapannya agar melalui tema Kisah Rempah anak-anak bisa kembali melihat kekayaan, kemasyhuran, dan sejarah perjalanan bangsa Indonesia, serta merasa bangga dan dekat dengan sejarah bangsanya.
2. Spektrum Kisah Dunia yang Dihadirkan

Kisah Dunia dalam Festival Dongeng Indonesia 2025 mempertemukan narasi dari berbagai belahan bumi. Teater Strik asal Austria turut menyajikan pertunjukan yang penuh gestur dan ekspresi, memperkaya perspektif anak-anak Indonesia tentang keberagaman budaya global.
Festival ini juga menampilkan spektrum pendongeng lokal seperti Syakirinu, duo pendongeng asal Yogyakarta yang terdiri atas Syakirina Rahmatuzahra Utami (29) dan Muhammad Dinu Imansyah (39). Mereka membawakan kisah dengan pendekatan modern yang tetap mempertahankan esensi tradisional.
Pagelaran Dongeng Jogja 2025 menghadirkan seniman internasional seperti Kiran Shah dan Roger Jenskin, bersama pendongeng nasional seperti Kak Tony, Rona Mentari, dan Bagong Soebardjo. Kolaborasi ini menciptakan ruang dialog antara tradisi Timur dan Barat.
Keunikan festival tahun ini terletak pada presentasi kisah rempah yang menjembatani sejarah maritim Indonesia dengan narasi global tentang perdagangan dan pertukaran budaya.
3. Dampak Nyata Festival Dongeng terhadap Anak Indonesia

Penelitian menunjukkan dampak signifikan festival dongeng terhadap perkembangan anak. Syakirina dan Dinu bersyukur dapat memfasilitasi anak-anak untuk kembali bercengkerama dengan sesama manusia, karena saat ini momen itu kian jarang ditemui akibat sebagian anak mulai terkungkung oleh teknologi.
Data menunjukkan hasil positif dari kegiatan mendongeng terstruktur:
Perkembangan Kognitif:
- Sekitar 36,36 persen anak Indonesia bersekolah pada tahapan PAUD berdasarkan Angka Partisipasi Kasar
- Anak yang terpapar dongeng rutin menunjukkan peningkatan kemampuan bahasa dan imajinasi
Aspek Sosial-Emosional: Lewat keajaiban dongeng yang mereka bawakan, anak-anak bersedia meletakkan gawai, berinteraksi, dan bersukacita bersama. Ini menjadi antitesis dari isolasi digital yang semakin mengkhawatirkan.
Pelestarian Budaya: Banyak cerita rakyat yang tidak lagi dikenal anak-anak di daerah perbatasan karena hilangnya muatan lokal dalam kurikulum serta semakin berkurangnya ruang tradisi bertutur di sekolah maupun masyarakat.
4. Inovasi Digital dalam Festival Dongeng 2025

Festival dongeng 2025 mengintegrasikan teknologi tanpa kehilangan esensi tradisional. Klub Dongeng Indonesia meluncurkan berbagai konten kreatif seperti video pendek, podcast anak, hingga jurnal literasi bernama Pustakom.
Inovasi digital yang diimplementasikan:
Platform Hybrid: Festival tidak hanya berlangsung secara fisik tetapi juga disiarkan melalui media sosial, menjangkau audiens lebih luas. Ini penting mengingat pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 221 juta, setara dengan 79,5 persen dari total populasi.
Konten Edukasi Online: Materi pendongeng dikemas dalam format video pendek yang sesuai dengan preferensi konsumsi konten Gen Z. Strategi ini merespons kebutuhan literasi digital yang aman dan edukatif.
Dokumentasi Interaktif: Seluruh kegiatan didokumentasikan melalui foto dan video agar bisa menjadi rekaman sejarah dan bahan belajar generasi berikutnya.
5. Pendongeng Internasional dan Kolaborasi Lintas Budaya

Kisah Dunia dalam Festival Dongeng Indonesia 2025 membuktikan bahwa narasi tidak mengenal batas geografis. Kolaborasi internasional memperkaya pengalaman budaya anak-anak Indonesia.
Rangkaian FDII 2025 dimulai sejak pertengahan tahun melalui program Road to FDII 2025, dengan Konser Dongeng PM Toh di Taman Ismail Marzuki pada Agustus yang menghadirkan maestro seni bertutur dari Aceh. Kontinuitas program ini memastikan dampak jangka panjang terhadap ekosistem literasi.
Model Kolaborasi:
- Workshop bersama pendongeng internasional
- Pertukaran teknik storytelling Timur-Barat
- Adaptasi cerita lokal dengan gaya presentasi global
Festival ini menjadi platform pertukaran budaya yang autentik, di mana pendongeng muda menjadi wajah baru gerakan literasi yang bergerak di luar buku dan hadir dalam bentuk lebih akrab: manusia yang bercerita.
6. Statistik Keberhasilan Festival Dongeng
Keberhasilan festival dongeng dapat diukur melalui berbagai indikator kuantitatif dan kualitatif:
Jangkauan Audiens: Antusiasme masyarakat terbukti tinggi, dengan kuota tiket online Festival Dongeng Jogja 2025 langsung habis tak lama setelah pendaftaran dibuka. Ini menunjukkan tingginya minat publik terhadap aktivitas literasi non-digital.
Cakupan Geografis: Festival Dongeng Pelosok Negeri dilaksanakan di 10 sekolah dasar yang tersebar di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Bengkayang pada September hingga Oktober 2025, membuktikan upaya pemerataan akses literasi hingga daerah perbatasan.
Partisipasi Sekolah: Terdapat 439.784 sekolah yang tersebar di Indonesia dengan peningkatan 967 sekolah PAUD tahun 2024. Festival dongeng menjadi program pendukung yang meningkatkan kualitas pembelajaran di institusi-institusi ini.
Dampak Sosial: Program Dongeng Kejutan ke Sekolah membawa para pendongeng ke sekolah-sekolah di Jabodetabek selama September hingga Oktober, menghadirkan kehangatan dongeng di ruang belajar anak-anak.
7. Masa Depan Tradisi Mendongeng di Indonesia
Masa depan tradisi mendongeng bergantung pada adaptasi dan inovasi berkelanjutan. Festival Teater Musikal Diorama 2 berlangsung di Taman Budaya Jawa Tengah pada 29 Oktober hingga 2 November 2025, membuktikan bahwa dongeng terus berkembang dalam berbagai format pertunjukan.
Tantangan yang Dihadapi: Sebanyak 39,71 persen anak usia dini di Indonesia telah menggunakan telepon seluler, sementara 35,57 persen lainnya sudah mengakses internet pada 2024. Penetrasi digital yang masif memerlukan strategi kontra-narasi yang kreatif.
Solusi Strategis:
- Integrasi Kurikulum: Mendongeng sebagai metode pembelajaran resmi
- Pelatihan Pendongeng: Penyelenggara berharap lahir pendongeng-pendongeng baru di Kalimantan Barat yang siap meneruskan tradisi lisan
- Dukungan Regulasi: Kebijakan yang mendukung pelestarian budaya bertutur
- Ekosistem Berkelanjutan: Kemitraan dengan institusi pendidikan dan korporasi
Visi 2030: Klub Dongeng Indonesia percaya bahwa setiap anak adalah “penjaga kecil” bagi masa depan, di mana melalui dongeng mereka belajar menumbuhkan empati, merawat alam, dan menghargai perbedaan.
Baca Juga 5 Cerita Rakyat Kuno yang Masih Relevan Hari Ini
Kisah Dunia dalam Festival Dongeng Indonesia 2025 membuktikan bahwa tradisi bercerita tetap relevan di era digital. Dengan menghadirkan spektrum narasi global, festival ini menjembatani warisan budaya dengan kebutuhan literasi kontemporer. Data menunjukkan dampak positif terhadap perkembangan kognitif, sosial, dan emosional anak-anak Indonesia.
Festival ini terselenggara berkat dukungan Museum Bank Indonesia, Museum Bahari, Sekolah Murid Merdeka, Bank Jago, Penerbit Erlangga, dan berbagai mitra yang turut menjaga api dongeng tetap hidup di hati keluarga Indonesia.
Di tengah tantangan penetrasi digital yang masif, festival dongeng menawarkan alternatif edukatif yang humanis dan bermakna. Investasi pada tradisi bertutur adalah investasi pada masa depan literasi Indonesia.
💬 Poin mana yang paling bermanfaat menurut Anda? Bagaimana pengalaman Anda dengan tradisi mendongeng di keluarga? Bagikan di kolom komentar!




